Jumat, 12 November 2010

Me & Dream Theater

Rocker mana sih yang ga ngerti Dream Theater??

Pada masanya (mungkin juga sampe sekarang), Dream Theater adalah simbol kegagahan dan kehebatan seorang rocker. Bangga banget kalo dibilang "widhiii, list mp3 nya full DT semua...", atau "nih, koleksi album DT gw lengkap nih", atau "gw udah liat semua konsernya DT". Makin bangga lagi kalo udah menguasai dan bisa memainkan lagu-lagu Dream Theater (yang manapun itu), baik gitaris, bassist, kibordis, drummer, ataupun vokalis. Ibaratnya, buat sebagian orang, seorang rocker belum bisa dibilang hebat kalo belum bisa memainkan lagu-lagu Dream Theater!!!

Oke, memang itu pendapat saya pribadi yang emang referensi dan pergaulan musiknya kurang luas, dan saya yakin juga banyak yang ga setuju. Tapi paling ga itu yang pernah saya rasakan auranya di sekitar saya.


Sebegitu hebatkah Dream Theater??

Buat yang ga begitu tahu tentang Dream Theater, ijinkan saya kasih gambaran sedikit. Dream Theater itu grup band yang anggotanya lima orang. Musik mereka pada dasarnya adalah rock. Tapi rocknya disini dikasih sentuhan progresif yang dominan. Jadi bisa dibilang core musiknya Dream Theater itu Rock Progresif. Progesif itu apaan? Maap sebelumnya, kalo kasih penjelasan teoritis saya ga bisa. Tapi menurut pemahaman jalanan, Progresif itu adalah musik yang rumit, melibatkan teknik ribet tingkat tinggi, ditambah perpindahan chord yang kesana kemari, dibungkus ketukan-ketukan yang susah dicerna karena tidak biasa, dan dikemas dalam lagu yang seringkali sangat panjang (lebih dari 5 menit, bahkan sampai 30menit, atau lebih). Jadi kalo niatnya mo rileks, sebaiknya tidak mendengarkan ini. Dari tingkat kesulitan tinggi itulah jadi muncul kesan bahwa penikmat dan pemain musik-musik Dream Theater adalah pemain jago, meskipun banyak juga yang memang suka musik DT karena murni menikmati.



Bukannya musisi yang main beginian juga banyak? Kenapa Dream Theater yang paling dikenal?

Betul bahwa musisi progresif ada banyak sekali, contoh mbahnya progresif adalah Yes, Pink Floyd, dan Rush. Konon band-band ini juga referensi nya DT. Diantara musisi-musisi lain, Dream Theater adalah pengusung Rock Progresif yang bisa menyajikan musik Progresif tadi ke dalam karya yang masih bisa dinikmati. Seperti yang umumnya kita rasakan bahwa kerumitan dan kenikmatan musik seringkali bertolak belakang. Musik rumit identik dengan dahi mengrenyit, musik nikmat identik dengan konfigurasi simpel. Nhah, Dream Theater mampu menyajikan musik rumit yang masih dalam batas-batas nikmat secara relatif. Musik ribet yang elegan dan ga norak. Im not saying musisi lain norak lho. Hanya saja dalam pengemasan karya, so far Dream Theater lah yang paling bisa menggabungkan semuanya.


So, maksud judulnya apa?

Dulu, pertama kali kenal DT waktu smp, sekitar tahun 1996. Waktu itu saya baru aja latian band di sebuah studio band di sawojajar, malang. Pas lagi nongkrong di luar, orang2 yang giliran latihan sehabis bandku maennya mengerikan. Terasa seperti dari planet lain. Bandku baru bisa maen jamrud dan boomerang, yang ini udah dobel pedal, tapping, dan ngebut2 lainnya. Karena penasaran, saya tanya ke mas penjaga studio, dan dikasihtahulah bahwa mas-mas yang di dalem lagi medley lagu-lagunya Dream Theater, Rush, sama satu lagi ga inget. Di rumah, dijelasin lagi sama kakakku kalo lagu tadi itu adalah Take The Time, dan kebetulan di rumah ada kaset DT pinjeman album Images & Words. Klop!!
Sejak saat itu saya langsung jatuh cinta pada pendengaran pertama sama DT. Bukan sekedar jatuh cinta, tapi udah jadi maniak. Semua album dicari dan dikoleksi. Semua video live dicari dan ditonton. Ada halangan keterbatasan dana yang cekak juga sih, tapi bermodal muka badak masih bisa lah minjem-minjem atau nonton numpang.
Hampir semua lagu DT saya apal, bahkan dengan hanya mendengarkan 5 detik pertama (percaya aja ya, jangan nantang pembuktian, hehehe). Sampe akhirnya, saya baru bisa memainkan salah satu lagunya waktu kuliah, coz baru di waktu itulah nemu partner band yang pas. Sialnya, di band itu saya paling tua, yang lain pada masih sma, drummernya malah masih kelas 5 SD. Waktu itu main Overture-Strange De Javu, plus Metropolis Part 1. Sialnya lagi, kalo diukur dari derajat kemampuan menguasai alat musik, saya paling payah dibanding yang laen. Ah, tapi ga masalah, yang penting udah (sok) bisa maen lagu Dream Theater. Walhasil, waktu itu kalo ikut festival rock udah ga malu-maluin amat.
Sampe akhirnya, ada satu titik dimana petualangan menikmati musik rumit itu mengalami kejenuhan. Setahun sejak lulus kuliah, progresif rock udah tidak lagi mendominasi playlist. Setahun kemudian malah udah jadi minoritas. Sekarang udah jarang dengerin. Kemaren sempet borong dvd live-nya, tapi baru sebagian kecil yang udah ditonton. Hanya saja, Dream Theater buatku tetep 'hero' di dunia musik, terutama rock progresif yang selalu ada di hati.

Personil Dream Theater :
James LaBrie (vocal)
John Petrucci (guitar)
John Myung (bass)
Jordan Rudess (keyboard)

Mantan Personil :
Kevin Moore (keyboard)
Mike Portnoy (drum)
Chris Collins (vocal)
Derek Sherinian (keyboard)
Charlie Dominici (vocal)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar