Senin, 23 April 2012

Oleh-Oleh Dari Konser Dream Theater

Setelah menunggu sekian lama, penggemar Dream Theater di Indonesia akhirnya terpuaskan dengan jalannya konser mereka tanggal 21 April 2012 lalu, di Mata Elang International Stadium (MEIS), Ancol, Jakarta. Awalnya, pelaksanaan konser ini diiringi kekecewaan banyak penggemar yang menganggap harga tiket konser ini terlalu mahal untuk ukuran grup rock, dan mekanisme penjualan yang berubah-ubah. Mungkin karena pihak promotor yang kurang pengalaman. Namun bagaimanapun juga, Dream Theater adalah legend di kalangan penggemar musik Rock, terutama Rock Progressive, sehingga kedatangannya tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Benar saja, sekitar 4 jam sebelum gate MEIS dibuka, para penonton sudah antri di depan pintu, karena tidak ingin melewatkan kesempatan mendapatkan tempat sedekat mungkin dengan Dream Theater. Ketika gate benar-benar dibuka sekitar jam 19.00, membludaklah para penggemar yang sudah tidak sabar ke gedung MEIS yang belum jadi 100% itu. Karena membludaknya penonton itu, pihak panitia mengalami kesulitan untuk mengecek isi tas para penonton, sehingga banyak minuman dan alat perekam, yang tadinya dilarang untuk dibawa, lolos masuk ke ruang konser. Saya jadi sedikit kecewa tidak membawa kamera yang layak. Saya hanya mengandalkan kamera hape yang sayang sekali tidak banyak membantu karena pencahayaan yang kurang oke.

Konser diawali sekitar jam 20.15, dengan menampilkan artis pembuka, Andy McKee. Nama ini mungkin terasa cukup asing, namun penampilannya cukup memukau. Andy McKee adalah gitaris akustik yang unik, karena memperlakukan gitarnya sebagai penghasil rhytm, melodi, dan perkusi sekaligus. Dia memainkan gitar dengan memetik, strumming, tapping, slap, pop, dan memukul body gitarnya. Membawakan lima lagu, Andy McKee mengaku sangat bangga bisa menjadi bagian dari konser Dream Theater karena ini merupakan mimpinya sejak dulu. Andy McKee juga kemudian menjadi kru panggung Dream Theater. Untuk anda yang belum kenal Andy McKee, silakan menikmati video dari youtube ini :

Andy McKee - Drifting

Setelah Andy McKee merampungkan performanya, kru panggung segera menata ulang panggung untuk kepentingan show Dream Theater. Sekali lagi terasa kekurangprofesionalan panitia atau siapapun yang bertanggungjawab dalam hal ini, karena persiapan transisi ini dilakukan secara jelas di depan penonton yang sudah tidak sabar ingin menyaksikan main dishes di acara ini. Set up akhir, penurunan backdrop, dan setting posisi alat dilakukan dengan lampu yang terang benderang tanpa tertutup apapun. Agak disayangkan karena makin mengesankan konser yang biasa-biasa saja, tidak spektakuler. Kurang layak untuk konser yang tiket festival dengan harga presale-nya saja mencapai 850 ribu.

Namun, segala penantian panjang dengan segala kekurangan itu terbayar lunas ketika Dream Theater tampil.

Dimulai dengan pemutaran video intro konser di monitor backdrop yang berbentuk tiga kubus diiringi intro "Dreams are Collapsing", penonton mulai bersorak ketika satu persatu personil Dream Theater naik ke atas panggung. Lagu pertama yang menjadi pembuka konser ini adalah "Bridges In The Sky" dari album baru mereka, dilanjutkan berturut-turut dengan "6:00", "Build Me Up, Break Me Down", "Surrounded", dan "The Roots Of All Evil". Dengan setting panggung yang ditambah dua layar besar (ada yang bilang empat, tapi saya tidak menyadarinya) di kanan dan kiri, menampilkan masing-masing personil dengan lebih jelas, termasuk detil setup milik Mangini dan Rudess yang tidak bisa dilihat jelas dari tempat penonton.

Konser ini sekaligus menjadi momen perkenalan bagi Mike Mangini yang menggantikan salah satu founding father Dream Theater, yaitu Mike Portnoy. Menjadi pengganti dari seorang drummer legend dengan kharisma luar biasa seperti Portnoy tentu bukan hal yang mudah. Mangini tentu saja perlu hal-hal besar lainnya untuk bisa bahkan hanya untuk berada sejajar saja. Oke, Mangini memang sudah menjadi worldclass drummer, tapi sebagai bagian dari legendary rock band? Nanti dulu.

Setelah Dream Theater memainkan lima lagu, Mangini yang diperkenalkan sebagai "Fine Gentleman" oleh LaBrie ini melakukan aksi solo drum yang cukup panjang. Solo drum yang ditunjukkan Mangini sangat khas, memiliki benang merah yang sama dengan banyak video solo lainnya di youtube. Mangini memamerkan keahliannya dalam memainkan rudiment yang sangat teknikal dengan sangat canggih, terutama single stroke nya yang sangat cepat dan dilakukan sempurna baik tangan kanan maupun kiri secara individual, dan teknik dobel pedal nya yang menakjubkan. Ga heran, karena dia adalah profesor di Berklee, dan pemegang rekor dunia single stroke terbanyak dalam satu menit. Hiperbolanya, apa yang bisa dilakukan drummer-drummer hebat dengan tangannya, Mangini akan mampu melakukan hal yang sama, dengan satu tangan. Benar-benar solo drum yang excelent, tapi bukan favorit saya, karena saya lebih suka menikmati solo drum yang groovy dengan menyisipkan teknik tinggi tanpa harus off-beat. Ilmu saya masih terlalu jauh untuk mampu menikmati solo drum Mangini ini.

Setup drum Mangini menjadi hal yang sangat menarik malam itu. Jika Portnoy suka menumpuk setupnya secara mendatar sekitar badannya, Mangini banyak menyusun peralatannya hingga di atas kepala. Susunan ini mengingatkan saya pada Bozzio's Monster yang pernah saya kagumi beberapa tahun lalu, meskipun setup Mangini tidak serumit itu.

Dream Theater kemudian kembali menghentak lewat dua lagu yang tak kalah luar biasa, yaitu "A Fortune In Lies" dari album pertama, dan "Outcry" dari album terbaru. Dilanjutkan dengan sesi romantis (dari sisi musikal, bukan lirik), ketika LaBrie menyanyikan "The Silent Man" dan "Beneath The Surface" yang diiringi Petrucci dengan gitar akustik, dengan dibantu Rudess. Kembali ke sesi fullband, Dream Theater memainkan pertunjukan utama malam itu, yaitu hits dari album terbaru DT (A Dramatic Turn Of Events), yaitu "On The Back Of Angels". Dimulai dengan intro akustik dan ditambah aksesoris oleh Rudess dari iPad-nya, lagu ini terasa sangat megah. "War Inside My Head" dan "The Test That Stumped Them All" menjadi lagu selanjutnya, kemudian dilanjutkan dengan "Spirit Carries On" yang sukses mengajak mayoritas penonton untuk bernyanyi bersama dan melambaikan tangan secara serempak. Konser ini "ditutup" dengan lagu "Breaking All Illusions" dari album baru, dan disudahi LaBrie dengan salam "That's the end of the show". Namun karena terasa mengganjal, maka para penonton berteriak serempak "We Want More" supaya para pemain Dream Theater segera kembali ke panggung untuk memainkan lagu terakhir yang sebenarnya sebagai encore. Benar saja, tidak lama kemudian semua personil naik ke panggung dan membawakan "Pull Me Under" dengan sangat enerjik. Setelah lagu ini berakhir, para personil Dream Theater berputar-putar sebentar di panggung untuk memberikan salam, lalu kemudian berpelukan bersama membungkukkan badan sebagai salute kepada penonton, dan kemudian benar-benar menghilang dari atas panggung. Konserpun selesai.

Secara keseluruhan konser ini bisa dibilang cukup sukses, meskipun banyak kekurangan di sana sini. Seandainya dihandle oleh promotor yang lebih berpengalaman, maka status ke-epic-an konser Dream Theater mungkin akan bisa lebih besar lagi. Kekurangan yang terasa paling besar adalah masalah sound. Entah karena setting suara atau akustik gedung, seringkali suara terdengar pecah. Kelemahan paling parah adalah sound bass John Myung yang menghilang entah kemana, dan sound bass drum Mangini yang juga kurang menghentak.

Walaupun demikian, keberhasilan promotor mendatangkan Dream Theater ke Indonesia, dan hadir langsung untuk menyaksikan konser mereka membuat saya sangat puas. Dengan ini saya sudah bisa menyatakan pernah melihat langsung kualitas skill dewa para personil Dream Theater yang luar biasa, dan menyaksikan sosok Mike Mangini yang jadi tokoh utama kali ini dengan segala kapasitasnya. Mungkin sedikir overpriced, tapi kepuasan luar biasa bisa menggantikan beberapa kekecewaan tadi. Sekarang saya jadi tidak sabar untuk menunggu album Dream Theater selanjutnya, karena saya merasa karakter Mike Mangini akan keluar lebih baik dan lebih utuh disana.

Sebagai penutup, ini adalah beberapa foto yang diambil oleh salah seorang kaskuser, agan "oceansoul", atas seijin beliau :

Andy McKee

John Myung

James LaBrie & John Petrucci

Jordan Rudess

Mike Mangini dengan setup drum di belakangnya

1 komentar: